Mengajarkan tentang keuangan kepada anak-anak tentu menjadi tantangan tersendiri yang tidak mudah. Tetapi, hal ini tetap perlu disampaikan kepada anak-anak demi masa depan yang lebih baik. Jangan sampai anak-anak justru tidak memahami bagaimana caranya mengelola keuangan dengan benar.
Salah satu studi di Singapura bahkan menemukan jika anak-anak kesulitan memahami transaksi keuangan dengan menggunakan uang kertas serta koin. Karena mereka terbiasa menggunakan kartu ATM dan kartu kredit. Hal tersebut juga menjadi salah satu tantangan yang berbeda yang dihadapi oleh anak-anak di negara yang berbeda.
Lalu bagaimana caranya memberikan nasihat keuangan pada anak-anak dan seperti apa caranya? Berikut akan diulas secara ringkas.
Membeli Barang Impian
Barang impian biasanya punya harga yang mahal sehingga tidak mungkin bisa dibeli sekaligus pada saat itu juga. Meskipun kamu berasal dari orang kaya, selalu akan diajarkan bagaimana caranya berusaha untuk membeli barang impian dengan kerja keras yaitu mencari uang dan menabung.
Tidak ada barang yang bisa dibeli tanpa kerja keras dan kesabaran. Disinilah anak-anak akan belajar bagaimana caranya memendam keinginan sambil berusaha untuk mewujudkannya dengan menabung. Disaat anak-anak lain jajan, anak-anak bisa belajar menyisihkan uang jajan demi membeli barang impiannya. Itulah mengapa pentingnya mengajarkan anak-anak untuk “berpuasa” selagi berusaha untuk membangun tabungan demi membeli barang yang diimpikan entah itu mainan atau barang lainnya.
Belajar Memenuhi Kebutuhan Harian
Saat mengajak anak-anak ke supermarket atau swalayan bisa menjadi pembelajaran langsung bagaimana caranya memenuhi kebutuhan harian. Apa saja kebutuhan pokok yang harus dibeli, serta mana kebutuhan yang sifatnya bukan kebutuhan pokok tapi masih boleh dibeli jika ada budgetnya.
Disini anak-anak akan belajar bagaimana cara memendam keinginan serta mampu membedakan mana kebutuhan dan keinginan. Sehingga harapannya anak-anak mengerti mana kebutuhan prioritas dan bukan.
Belajar Menabung dan Sekaligus Menggunakan Uang
Menurut penelitian di Cambridge University bahwa anak-anak mulai bisa mengenal uang di usia 7 tahun. Jika di Indonesia anggap saja anak-anak usia Sekolah Dasar. Pada usia SD inilah anak-anak bisa diberikan uang jajan sekaligus memberikan pelajaran bagaimana anak-anak bisa menggunakan uang untuk jajan sekaligus menabung.
Di beberapa SD negeri, masih diajarkan untuk menabung di sekolah. Uang tabungan biasanya disetorkan pada wali kelas yang nantinya akan diberikan kepada anak-anak pada saat kenaikan kelas. Cara seperti ini juga diajarkan untuk memenuhi kebutuhan anak saat dia naik kelas nanti. Uang tabungan bisa dipakai untuk kebutuhan sekolah di jenjang berikutnya.
Dimulai dari Jumlah Kecil
Belajar soal keuangan bisa dimulai dari nominal paling kecil sekalipun. Jika jajanan di sekolah kira-kira bisa dibeli dengan harga Rp5.000,- Orang tua bisa memberi uang jajan sebesar Rp10.000,- dengan pesan bahwa sebagian uang jajannya harus ditabungkan. Boleh ditabungkan secara mandiri atau lewat wali kelas.
Ajarkan Bagaimana Jika Kekurangan Uang Saat Kondisi Mendesak
Hal penting lain yang harus diajarkan adalah bagaimana caranya jika dalam kondisi mendesak memerlukan uang semantara uang tabungan tidak mencukupi. Tentu hal ini realitas yang harus diajarkan pada anak-anak karena suatu saat pasti akan menghadapi kondisi seperti ini.
Anak-anak juga harus mulai mengenal soal utang dan cara aman menggunakannya. Beberapa pakar keuangan memberikan anjuran agar utang tidak boleh melebihi dari batas kemampuan finansial, Maksimal boleh memiliki utang 30% dari pendapatan bulanan. Hal inilah yang harus disampaikan agar anak bisa menghitung soal utang yang aman sehingga fondasi keuangan yang sudah dibangun tidak ambrol tiba-tiba gara-gara tidak bisa kelola utang dengan baik.
Selain itu, lebih diutamakan jika utang yang digunakan adalah utang produktif bukan utang konsumtif. Sehingga anak-anak bisa membedakan apa itu utang konsumtif maupun produktif dengan jelas. Anak-anak juga bisa belajar bagaimana cara mengajukan cicilan dana bulanan lewat aplikasi yang tepercaya. Jangan sampai anak-anak lengah dan terpedaya dengan modus-modus penipuan lama. Pasalnya modus-modus penipuan sebenarnya masih mirip-mirip meski medianya berbeda-beda.
Penting juga mengenalkan lembaga-lembaga yang legal serta terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan. Sehingga setiap aspek hukum soal keputusan keuangan benar-benar dipertimbangkan dengan cermat termasuk dalam memilih lembaga keuangan berbasis teknologi maupun konvensional.
Salah satu yang direkomendasikan misalnya seperti Kredivo. Sudah terdaftar di OJK serta memiliki berbagai fitur untuk aktivitas keuangan bulanan seperti membayar tagihan PLN, PDAM, BPJS, serta pembelian token listrik, pulsa hp dan lain sebagainya. Dapatkan benefit maksimal cicilan 0% sampai dengan 3 bulan dengan menjadi user premium. Selain itu, limit pinjaman yang diberikan hingga Rp50 juta.